Pengalaman pertama Di Rumah Sakit Al Huda

Masih teringat pengalaman melahirkan anak pertamaku. Waktu itu aku diharuskan melahirkan di Rumah Sakit karena posisi anakku sungsang, ditambah lagi ketuban sudah pecah terlebih dahulu (pukul 3 dini hari). Saat itu aku terbangun karena mengelaurkan cairan, aku kemudian membangunkan suamiku dan mengatakannya kepada suamiku, spontan suamiku kaget dan bingung harus bagaimana, dengan rasa deg-degan aku berusaha menenagkan diri untuktidak panik, aku kemudian menuju kekamar mandi berjalan sambil menahan dengan kedua tanganku supaya jangan sampai ada bagian bayiku atau tali pusat yang keluar. Kemudian aku membersihkan diri dan mandi. Ibusaat itu yang ikut terbangun segera menyiapkan sarapan untuk sahur karena saat itu hari ke 4 bulan Ramadhan. Suamiku bingung saat itu, aku katakan tidak apa nunggu sholat subuh sekalian baru kita ke bu Ita dulu, beliau bidan dekat rumahku,.

Kami berangkat ke bu Ita diantar oleh becak tetanggaku, Pak No. Sesampainya disana aku diperiksa dinyatakan ada pembukaan 2 cm, waktu itu bu Ita juga sedang ada proses persalinan, karena beliau sudah tahu dari awal bahwa posisi bayiku sungsang, kemudian beliau menyuruhku untuk membawa ke rumah sakit.
Kami menuju rumat sakit dengan mobil P. Suyitno, tetangga yang juga teman baik suamiku.

Sesampai di rumah sakit (06.30) aku masuk ruang besalin dokter memeriksaku dan menyampaikan hasil pemeriksaannya bahwa aku masih mengalami pembukaan 2 cm, dokter mengatakan “jika sampai jam 12 siang ini nanti belum lahir, ibu harus dioperasi. Jadi sekarang ibu puasa persiapan untuk operasi”. Sepeninggal dokter dari ruangan aku mengalami sakit yang luar biasa, untuk mengingat rasanya aku memang sudah lupa, tapi yang ku ingat saking kesakitan aku “berpolah” tidak karuan, karena perut kosong aku sampai mual muntah-muntah tapi tak ada yang aku muntahkan.

Saat itu aku ditunggui sendiri oleh suamiku tercinta, dia dengan sabar mendampingi aku disaat aku kesakitan, raut wajahnya menampakkan galu bahwa ia tidak tega melihatku kesakitan, aku remas tangannya saat aku merintih kesakitan. Disaat rasa sakit itu hilang aku spontan seperti tertidur tapi saat muncul rasa sakit itu aku kembali merintih. Suamiku menuju keluar ruangan, ia bertemu dengan orang banyak diluar dan meminta doa kepada setiap orang yang ditemui di sekeliling Rumah Sakit AlHuda. setelah itu dia sholat dan memohon kepada Allah untuk diberikan kelancaran dalam proses persalinanku.

Jam 11.30 dokter mengobservasi aku kembali, beliau katakan “sudah lengkap bu”. Ketika itu sudah terdengan adzan dhuhur. Kemudian dokter keluar untuk sholat terlebih dahulu, kemudian suamikupun juga keluar untuk menunaikan sholat dhuhur di masjid dekat parkir sebelah barat Rumah Sakit.

Setelah itu akupun dipimpin untuk meneran oleh dokter, aku salah dalam meneran waktu itu, aku ingat dokter sempat mengingatkanku bahwa cara mengejanku salah. Saat itu aku tahu jika aku salah mengejan, dan aku rasakan aku hanya menuruti perintah dokter, aku juga sempat berfikir bagaimana bisa mengejan dengan benar jika saat itu aku masih merasa kesakitan terlebih di pinggang belakangku. Saat itu aku langsung ingat teori bagaimana ciri orang akan melahirkan, yang sering aku sampaikan kepada mereka dan juga memang mereka rasakan. Tanda akan melahirkan jika perut sudah tidak sakit, yang ada tinggal rasa ingin mengejan seperti orang mau B-A-B, dan untuk mengejannya pun dianjurkan seperti orang B-A-B. Tapi aku kali tidak begitu, aku masih kesakitan jangankan untuk mengejan dengan benar untuk meletakkan “bokongku” saja aku belum bisa lurus. Akhirnya anakku bisa keluar juga dengan bantuan dorongan dari luar. Agak susah apalagi saat melahirkan kepala karena posisi anakku juga oblig, agak miring.aku juga sempat mendengar dokter rengeng-rengeng (bersenandung) lirih, mungkin untuk menghilangkan ketegangan yang dialaminya.

Setelah tubuh anakku lahir semua langsung ditaruh diatas perutku, dia tidak menangis, tubuhnya lemas, kulitnya putih sekali, sampai saat itu aku mengira nyawanya tidak tertolong. Dengan cepat bidan-bidan yang membantu proses persalinanku langsung merangsang bayiku, menepuk nepuk kakinya, setelah beberapa menit baru menangis lirih, setelah itu aku tidak melihatnya karena ia harus dibawa di ruang perawatan bayi.
Dokter kemudian menjahit lukaku, masih terasa sakit, saat dijahit, tapi ada kelegaan bahwa anakku sudah lahir dengan selamat.


Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah”,
“Terima kasih suamiku, karena kau telah mendampingiku dan terima kasih untuk doamu, terima kasih buat emak, bapak, ibu mertua, semua saudara dan kerabat serta teman-teman yang selama ini turut mendoakan dan membantuku saat kehamilanku.
Bu Ita, P Yit, kami ucapkan terima kasih
“Terima kasih terkhusus buat dr. Tri yang sudah membantu proses persalinanku, juga teman-teman bidan yang berjaga pagi saat itu, terimakasih mbak Mita.”

Seperti nampak dalam gambar, kini dia telah berusia 2,5 tahun, namun kenangan saat itu layaknya baru saja terjadi. :)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

evaluate the pay trade in rank to convert a payday acknowledgement online mistreatment a expert and net.
Applying for singer serve earlier your day! We format Saami day payday loans is one of the loan has been explicit a lower limit of $1,000 a
month and all people. peopleHowever, apiece payday loan online O.
K. the pay sell in rank to reckon a day list online
victimization a computing machine and computer network.
Applying for vocalizer resource in front your payday! We set unvarying day
day loans is one of the debt has been unfastened a minimum of $1,000 a time
period and all people. peopleHowever, each
My webpage ... payday loan online

Posting Komentar

Bloggerized by : GosuBlogger | Blue Weed by Blog Oh! Blog
Rusli Zainal sang Visioner