Selamat Jalan Sahabat

Bila Isroil datang memanggil
Jasad terbujur dipembaringan
Seluruh tubuh akan memanggil
Sekujur badan kan kedinginan

Tiada lagi gunanya harta
Kawan karib sanak saudara
Jikalau ada amal di dunia
Itulah hanya pembela kita

Janganlah mau disanjung-sanjung
Engkau digelar manusia angung
Sadarlah diri tau diuntung
Sebelum masa keranda diusung

Datang masanya insaflah diri
Selimut putih pembalut badan
Tinggal semua yang dikasihi
Berbaktilah hidup sepanjang zaman
Teringat sebuah lagu yang sering kudengar, Ketika malaikat Isroil datang memanggil tak ada lagi yang bisa kita lakukan. Saat itu tak satupun yang kuasa untuk menolaknya. Putus sudah catatan amal selama hidup, tak ada lagi kesempatan untuk membenahi diri.

Kurang lebih satu bulan yang lalu temanku sakit. Penyakit yang dideritanya memang terbilang serius, tubuhnya bengkak akibat ginjalnya yang tidak bisa berfungsi untuk mengeluarkan ekskresi secara normal. Ia sempat diperbolehkan pulang tapi selang beberapa hari sakitnya kambuh sampai harus dirawat di rumah sakit kembali. Terkhir aku menjenguk tanggal 31 Desember, sehari sebelum tahun baru.

Saat itu termasuk kondisi terbaiknya, perutnya sudah agak mengecil, ia sudah boleh makan apa saja, minumpun sudah tidak ditakar seperti tempo hari saat mrs (opname) yang pertama. Ia juga menunjukkan sebuah coklat kesukaannya yang baru saja digigitnya.
Saat perjumpaan itu terucap dibibirnya, "kangen aku mbak" lalu kami saling bercerita tentang banyak hal. Bercerita tentang anak-anak kami, bagaimana menghadapi anak-anak yang rewel dan selalu berantem dengan saudaranya. Hingga saat itu ia tertawa suasana dan terpingkal-pingkal.

"Sampeyan kalo tertawa sakit enggak? Kok sepertinya tertahan." tanyaku

"Enggak", jawabnya sambil melanjutkan tertawa.

Ia ingin jika sudah sembuh nanti bisa belajar mengaji lagi bersama-sama, ia ingin punya terjemahan Al Qur'an yang bisa dibawa kemana-mana untuk bisa dibaca dimana saja.

Di akhir perjumpaan kami ia mengatakan, "wes nggak usah kesini lagi mbak, nanti njenguknya kalo aku sudah dirumah saja."

Beberapa hari kemudian aku dapat kabar, jika kondisinya memburuk hingga akhirnya harus dirawat di ruang ICU (Intensivu Care Unit). Kondisinya semakin memburuk hingga harus di transfusi berulang kali, ia jatuh dalam keadaan koma hingga akhirnya Allah memangilnya pada hari senin, 12-1-2009 pukul 12 malam.

Inna lillah wainnalillahirojiun selamat jalan temanku, semoga Allah menerima semua amal ibdahmu, semoga engkau mendapat tempat yang tenang disisihNya

Catatan:
Buat Dr. Heri.
Istri panjenengan, mbak Tuwais, adalah istri yang sabar, taat pada suami dan sangat mencintai keluarga. Semoga ini adalah yang terbaik buat semua. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

Bloggerized by : GosuBlogger | Blue Weed by Blog Oh! Blog
Rusli Zainal sang Visioner